Tuesday, April 9, 2013 0 comments

Allah, aku ingin pulang

Ini hari kelima aku berada di ruang Anggrek 4 Rumah Sakit Aisyiah. Aku tidak betah. Sangat. Aku jenuh. Aku bosan. Aku sedih. Aku terdiam. Jujur, ruangan ini tidak terlalu sempit dan susananya juga nyaman. Tapi aku benar-benar ingin pulang. 

Sudah tiga hari aku tirah baring diatas kasur kamar itu dengan sesekali mengutak atik remot kasur agar tidak terjadi imobilisasi. Aku ingin pulang. Terlalu banyak alat yang dipasang ditubuhku semenjak aku berada diruang operasi. Semuanya membuatku tidak nyaman dan yang paling penting, kesakitan. Yaa tiap sebentar aku menjerit setiap alat pencernaanku ngamuk. Aku tidak tahan menggunakan semua alat itu. Bisa dihitung berapa jam yang dapat aku habiskan untuk mendapatkan sebuah fase tidur nyenyak. Yaa aku jarang tidur meski sebenarnya fisik ini sangat haus akan tidur. 

Aku ingiin pulang. Grafik ibadahku kacau dan amburadul. Aku tidak nyaman dengan tayamum meski itu adalah sebuah keringanan bagi orang yang sakit. Aku tidak lagi melanjutkan qatam quran yang sudah aku targetkan tamat bulan depan. Aku tidak lagi menuntaskan hafalanku. Yaa semuanya tidak bisa aku kerjakan karena pikiranku selalu disupresi oleh rasa sakit. Sakit yang luar biasa karena ini kali pertama aku menjalani operasi. Dhuhaku pun juga bolong dan baru pagi tadi aku bisa memulainya kembali. Tahajud dan puasaku? Ah jangan ditanya. Aku pun stress memikirkan hal tersebut. 

Allah, aku ingin pulang. Aku sudah berusaha untuk sabar dan ikhlas. Tapi jika aku dihadapkan pada sakit, aku selalu rapuh dan menjadi pribadi pesimis. Aku paham itu salah. Aku juga paham bahwa sakit itu penawar dosa. Tapi entah kenapa, sakit kali ini berhasil membuatku jadi orang yang paling menyedihkan. Hey, bukannya semakin berat penyakit, maka ladang dimana dosa dapat dihapuskan akan semakin luas? Iya, aku tahu. Maafkan aku ya Allah. Aku gagal memanfaatkan kesempatan emas yang tidak semua orang sanggup-bahkan mau-mencicipinya. 

Aku ingin pulang ya Allah. Aku ingin menjadi orang yang normal kembali. aku ingin kembali menghirup udara rutinitas yang sangat aku senangi. Aku juga ingin melatih skill memasak, editing, dan lain sebagainya yang kerap aku geluti. Aku juga ingin membantu ibu. Dan yang paling penting, aku ingin pulang. Bawa aku keluar dari kamar ini segera ya Allah. Dengan aku yang kembali optimis dengan kehidupan, dengan aku yang kuat dan ceria, dengan aku yang tidak gampang menyerah dengan sakit, dengan aku yang baru dan haus untuk memperbaiki diri. Aku ingin pulang ya Allah….
Wednesday, January 23, 2013 0 comments

"I Want to Go Home"

Yok kita mulai dulu dengan membaca 'Bismillahirrahmaanirrahiim'... :)

"I Want to Go Home", sebuah instrument yang menjadi soundtrack dalam film "The Karate Kid" ini mengingatkan saya pada sebuah masa dimana saya sering bergelut dengan syair. Entah itu syair lagu maupun syair puisi. Dulu kebiasaan itu kerap saya geluti untuk mengisi kekosongan waktu senggang. waktu itu...yaa..dimasa saya masih memakai seragam putih abu-abu. Syair-syair itu paling sering saya tulis dipojokan kelas sambil sesekali mencuri pandangan ke luar untuk menangkap sinyal-sinyal inspirasi. Dalam sehari saya bisa menghasilkan beberapa karya. Eits, tapi karya yang saya tulis bukanlah seperti sebuah karya yang lahir dari tangan seorang maestro yang sudah expert dalam bidangnya, bukan. saya hanya menulis apa yang sedang saya rasakan dengan bahasa yang masih acakan dan dengan ke-sok-pe-de-an dimana saat itu saya masih belum memahami benar teknik penulisan karya sastra yang baik. yaa,, saya menulisnya seperti air mengalir saja. apa yang terlintas dalam pikiran, itu yang saya coba terjemahkan dalam tulisan tangan hingga menjadi sebuah karya.

Lalu, apa hubungannya dengan "I Want to Go Home"?? Tentu saja ada hubungannya. Sejak berakhirnya masa putih abu-abu, maka berakhir jualah hobby saya yang satu itu. Saya tidak pernah lagi menulis syair puisi ataupun lagu karena aktivitas yang saya jalani sekarang tidak sama seperti dulu. Sekarang saya lebih banyak bergelut dengan laptop dan tidak lagi dengan sebuah pena serta buku syair yang khusus saya sediakan dulu. sehingga saya jarang memiliki waktu untuk berdiam beberapa menit hanya untuk menulis sebuah syair. Meskipun saya bisa menuliskannya dengan laptop, saya tetap merasa menulis dengan tangan memiliki kenikmatan yang jauh berbeda dan tidak semua orang bisa merasakan apa yang saya rasakan.

Instrument "I Want to Go Home" kembali mengingatkan bahwa saya tidak boleh melupakan bahkan sampai meninggalkan kebiasaan itu. Saya harus ingat bahwa dulu saya pernah memiliki sebuah cita-cita untuk membukukan semua karya yang ditulis. Saya ingin menjadi penyair! Yaa, itu adalah salah satu keinginan dari sekian banyak impian yang pernah saya tulis dalam sebuah buku yang saya sebut 'catatan impian'.

Terimakasih Ya Allah,, melalui "I Want to Go Home", Engkau ingatkan kembali bahwa hamba harus terus menulis dan membaca sampai pada akhirnya tulisan dan ilmu yang saya dapatkan akan membawa saya ke Surga, insyaallah. Aamiin..
Monday, January 14, 2013 0 comments

My keywords life..

Audio
Melankolis
Desain
Hijau
Fotografer
Pendiam
Instrument
Unik
Simpel
Keras
Traveling
Kuliner
Perfectionist
Heboh
Bermimpi
Target
Pemalas
Usil
Gadget
Kolektor
Ganda
Aneh

Sunday, October 7, 2012 0 comments

5 Cake untuk 5 September 2012

Bismillahirrahmaanirrahiim..
Alhamdulillah Allah masih memberikan kesempatan untuk menghirup wanginya udara diusia yang semakin berkurang ini.. Tepat pada hari Minggu, 5 September 1993 pukul 5 sore, 19 tahun silam, Allah melepaskanku ke bumi yang penuh dengan pelajaran kehidupan. Pelajaran yang membuat begitu banyak perubahan dalam hidup ini, menapaki jalanan yang penuh dengan tantangan silih berganti, untuk mencari kehidupan dunia akhirat yang haqiqi.

yaaa...begitu banyak catatan sejarah yang telah terukir dalam 19 tahun ini. semuanya tidak luput dari jatuh bangun dan kisah suka duka. baik yang datang dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, organisasi, sahabat, pendidikan, bahakan soal cinta. Semuanya tidaklah berjalan bagaikan air melainkan meninggalkan jejak yang kaya akan manfaat.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.. terimakasih ya Allah atas segala nikmat yang luar biasa ini..Aku dibuat haru oleh orang-orang disekitar yang begitu luar biasa. Tepat di tanggal kelahiranku, mereka memberikan cake-cake yang sangat cantik dan tentunya nikmat. yang paling membuatkku haru adalah, aku mendapatkan 5 buah cake untuk 5 September 2012.. Walaupun sepertinya hal itu hanyalah sebuah kebetulan, namun itu merupakan hal yang unik dan membahagiakan :)
Jazakamullah untuk semua saudara-saudariku.. Semoga Allah selalu memberikan segala nikmat dan berkah untuk kita semua dan terimakasih juga atas segala doanya.. semoga dikabulkan oleh Allah..Aamiin... 

Cake from Group 15C FKUA
Cake ini dari Grup tutorial di kampus..saat itu salah satu teman grup, Vegi Kurnia Putri, juga sedang berulang tahun.. Terimakasih kepada Reki Wijaya, Endang Mutiwara, Hafizha P. Ahdika, Putri Asyiah, Tia Irawan, Tetty M.Doris, Tribakti, dan Hadli O. Fransisca.. Semoga kebersamaan kita terus terjaga :*


Cake from my family at English Clinic Square (ECS) course
Nah, kalau cake ini, diberikan oleh Sahabat beserta staf pengajar ECS ditempat aku menimba ilmu bahasa Inggris.. Big thanks Tinda Adila, Asti Desfiyola, bang Andre, bang Adi, bang Dedi, dan lainnya :D


Cake from HUJAN FSKI FKUA
Kalau yang ini, diberikan oleh staf Hubungan Jaringan dan Masyarakat (HUJAN) FSKI yang diwakilkan oleh Sarah Levita... Jazakumullah ikhwatifillah; bang Aze, bang Aufa, Iqbal, Deki, Tri, Fadli, Ranti, dan Anggit :))


Cake from INFOKOM BEM KM FKUA
Cake yang ini persembahan dari staf Infokom yang luar biasa kocaknya. All big thanks I.C.AGENT; bang Arifudin, bang Chaled, Hasbi Nutari, Havilah Z. Rosa, Putri Srikartika, dan Pipit A. Burhani.. semoga kita semakin kompak dan kocak :D


Cake from my bestfreiend 6-20; Anggi, Rizky, Sinta
Dan cake terakhir, yang disebut save the best for last ini,, spesial dihadiahkan dari ukhtifillah yang begitu tangguh dan luar biasa.. Jazakillah Anggi Liviani Viducia, Rizky D. Utami, dan Sinta Sandra P.A. Ana Uhibbukifillah :*


Wednesday, September 26, 2012 0 comments

2 Tahun Silam

Malam ini, tetiba aku teringat kisah 2 tahun yan lalu. Saat itu aku berusia 17 tahun. Dan kisah itu terjadi pada bulan Ramadhan, tepatnya 5 September 2010.
Aku masih ingat dengan jelas. Saat itu aku dan teman-teman terdekat berbuka puasa disalah satu restoran yang menjadi teman akrabku. Kenapa? Karena restoran itu merupakan restoran pertama yang membuatku ketagihan mengunjunginya dengan segala suguhan yang menyehatkan, mengenyangkan, dan memuaskan. Jadi, tidaklah heran jikalau tempat itu dipilih untuk melepas kebersamaan.
Skip masalah restoran...! Sekarang menuju cerita ringkas selanjutnya. Jadi pada hari itu-tepatnya selepas berbuka-aku dikejutkan oleh sebuah mini skenario yang dibuat oleh teman-teman. Skenario yang menurutku tidak pandang bulu. Aku dikerjai hingga nyaris pingsan karena tidak tahan dimarahi. Yaaa, skenario mereka kurang lebih membuat seolah-olah aku menghilangkan hp salah seorang teman dan dia meminta ganti rugi.
Aku dituding, dimarahi, dipaksa mengaku, bahkan sampai akan menghubungi polisi..
Karena tidak tahan dengan perlakuan mereka, secara refleks seluruh tubuhku tremor dan dalam hitungan detik air mataku jatuh tak karuan. Eh ini serius lho! Dan setelah menanis sekuatnya dihadapan orang banyak, sebuah kue mendarat di hadapanku. Mereka bernyanyi 'selamat ulang tahun' dan tertawa terbahak-bahak karena skenario mereka berhasil!!
Well, spontan aku memukuli mereka karena tidak terima dengan skenario mereka yang brutal itu -_____-"

Overall,  terimakasih atas kenangan 2 tahun silam itu. Insyaallah hari itu akan menjadi kisah yang memang terjadi sekali seumur hidup dalam SWEETseventeen-kuu :)) *veryhugebigHUGuys* Alhamdulillah ~

A birthday cake for SILVIA from her best :*

Monday, May 7, 2012 0 comments

Aih, Kenapa sih,… kok islam melarang pacaran??

“Aih, Kenapa sih,… kok islam melarang pacaran?? Begitu keluhan fulanah. Buat Fulanah ia melihat ada sisi positif yang bisa diambil dari pacaran ini. Pacaran atau menurutnya ‘penjajakan’ antara dua insan lain jenis sebelum menikah sangat penting agar masing-masing pihak dapat mengetahui karakter satu sama lainnya (dan biasanya untuk memahami karakter pasangannya ada yang bertahun-tahun berpacaran lho!!). 


Fulanah menambahkan ,”Jadi dengan berpacaran kita akan lebih banyak belajar dan tahu, tanpa pacaran ?? Ibarat membeli kucing dalam karung!! Enggak deh…!” Kemudian ia menambahkan “Bila suka dan serius bisa diteruskan ke pelaminan bila tidak ya,..cukup sampai disini..bye-bye!!, Mudahkan?” Hmm… Fulanah tidakkah engkau melihat dampak buruk dari berpacaran ini, ketika masing-masing pihak memutuskan berpisah??… 


Fulanah apakah engkau yakin benar apabila “putus dari pacaran” hati ini tidak sakit? Benarkah hati ini bisa melupakan bekas-bekas dari pacaran itu? Tidakkah hati ini kecewa, pedih, atau ikut menangis bersama butiran air mata yang menetes?? Sulit dibayangkan! Karena memang begitulah yang saya lihat didepan mata menyaksikan orang yang baru saja putus pacaran… 


Bila memang kita tanya semua wanita muslimah seusia Fulanah (yang sedang beranjak dewasa) maka akan melihat ‘pacaran’ ini dengan sejuta nilai positif. Jadi, jangan merasa aneh bila kita dapati mereka merasa malu dengan kawannya karena belum punya pacar!!.. Duh,..kasihan sekali… Wahai ukhti muslimah… Mari kita tela’ah bersama dengan lebih dalam. Berdasarkan fakta yang ada, bila anda mau menengok sekilas ke surat kabar, tetangga sebelah atau lingkungan sekitar , siapa sebenarnya yang banyak menjadi korban ‘keganasan’ dari pacaran ini? Wanita bukan??.. Bila anda setuju dengan saya, Alhamdulillah berarti hati anda sedikit terbuka. 


Ya,… coba lihat akibat dari berpacaran ini. Awalnya memang hanya bertemu, ngobrol bareng, bersenda gurau, ketawa ketiwi, lalu setelah itu?? Tentu saja setan akan terus berperan aktif, dia baru akan meninggalkan keturunan Adam ini setelah terjerumus dalam dosa atau maksiat. Pernahkah anda mendengar teman atau tetangga ukhti hamil di luar nikah? Suatu klinik illegal untuk praktek aborsi penuh dengan kaum wanita yang ingin menggugurkan kandungannya? Karena sang pacar lari dengan langkah seribu atau tidak mau kedua orangtuanya tahu? Atau pernahkah engkau membaca berita ada seorang wanita belia yang nekat bunuh diri minum racun serangga karena baru saja di putuskan oleh kekasihnya??


Sadarkah kita, bahwa sebenarnya kaum hawalah yang banyak dieksploitasi dari ‘ajang pacaran ini? Sungguh, islam telah memuliakan wanita dan menghormati kedudukan mereka. Tidak percaya??lihat hadits ini.. ”janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan, melainkan si perempuan itu bersama mahramnya” (HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad). 


Islam melarang laki-laki untuk berduaan tanpa ada orang ketiga karena islam tidak menginginkan terjadinya pelecehan ‘seksual’ terhadap wanita. Sehingga jadilah mereka wanita-wanita muslimah terhormat dan terjaga kesuciannya. Untuk kaum laki-laki pun islam melarang mereka menyentuh wanita yang bukan mahramnya coba simak hadits ini : “Sungguh bila kepala salah seorang ditusuk dengan besi panas lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya” (HR.Thabrani, dalam Mu’jamul Kabir). 


Nah, jelas bukan mengapa islam melarang pacaran?? Bila memang seorang laki-laki ingin serius menjalin hubungan dengan seorang wanita, maka islam telah menyediakan sarananya, yaitu menikah. Karena islam Bukanlah agama yang kaku, maka islam menganjurkan kepada masing-masing pihak untuk saling berkenalan (ta’aruf). Tentu saja tidak berduaan lho, …harus ada pihak ketiganya. Setelah itu? Ya,. selamat bertanya tentang biografi calon pasangan anda, apabila kurang jelas, masih kurang yakin..islam menganjurkan mereka untuk shalat istikharah agar di berikan pilihan yang mantap yang nantinya insya Allah akan berakibat baik bagi dunia dan akhirat kedua belah pihak. Setelah mantap dan yakin akan pilihannya..kuatkan azzam (tekad), dan Bismillah… menikah..!! Indah bukan?? Wallahua’lam bish shawwab.


0 comments

Celotehan Singkat Soal 'Amanah'


Mungkin ini hanya sebatas teori dalam sifat putri, tapi untuk saat ini yang namanya amanah gak mau tau pokoknya harus benar-benar dijalankan. amanah itu bukan hanya sebatas ucapan verbal yang berlalu begitu aja diterpa angin. bukan! amanah itu adalah sebuah bahasa verbal yang ditipkan oleh seseorang kepada kita yang harus dipatri dalam hati. kalau perlu dibuat reminder-nya biar gak lupa. yang namanya amanah gak main-main, sob. ini berat bagi orang-terutama putri-yang doyan janji sana sini yang akhirnya bingung sendiri mau nepatin yang mana dulu. untuk itu, di sini putri sadar kalau kita itu jangan borong semua amanah dan janji yang dititipkan oleh orang ke kita. cek dulu kemampuan dan kesanggupan kita. selain itu, cek juga kapan timing-nya. kalau rasanya udah fix sama waktu dan batas kesanggupan kita, baru deh tuu bisa di accept amanahnya. dengan begitu, gak ada pihak yang mersa dirugikan.
hemm mungkin tulisan yang begitu singkat ini banyak kesalahan dimana-mana. tapi kurang lebih, putri cuma mau menyampaikan, kalau kita harus menjalankan amanah yang dititipkan dengan syarat harus sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan kita ^^ semoga bermanfaat yaa :)
Friday, May 4, 2012 0 comments

Ada Apa dengan Tahajud?

Shalat Tahajjud Bisa Mengatasi Kanker
Sebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang dari pelbagai penyakit.

Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi pundi-pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik keuntungan jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit. 

Itu bukan ungkapan teoritis semata, melainkan sudah diuji dan dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Penelitinya dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Mohammad Sholeh, dalam usahanya meraih gelar doktor. Sholeh melakukan penelitian terhadap para siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya yang secara rutin memang menunaikan shalat tahajjud.

Ketenangan
Shalat tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, kata Sholeh, bisa mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan hidup.

Sebaliknya, bentuk-bentuk tekanan mental seperti stres maupun depresi membuat seseorang rentan terhadap berbagai penyakit, infeksi dan mempercepat perkembangan sel kanker serta meningkatkan metastasis (penyebaran sel kanker). 


Tekanan mental itu sendiri terjadi akibat gangguan irama sirkadian (siklus bioritmik manusia) yang ditandai dengan peningkatan Hormon Kortisol. Perlu diketahui, Hormon Kortisol ini biasa dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi seseorang apakah jiwanya tengah terserang stres, depresi atau tidak.


Untungnya, kata Sholeh, Stres Bisa Dikelola. Dan pengelolaan itu bisa dilakukan dengan cara edukatif atau dengan cara Teknis Relaksasi atau Perenungan/Tafakur dan umpan balik hayati (bio feed back). "Nah, shalat tahajjud mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan ketahanan tubuh seseorang secara natural", jelas Sholeh dalam disertasinya berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik.

Tahajjud harus secara Ikhlas & Kontinyu
Namun pada saat yang sama, shalat tahajjud pun Bisa Mendatangkan Stres, terutama bila Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. "Jika tidak dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal, tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya", katanya kepada Republika.
Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh berpendapat lain.

Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajjud dapat dimonitor lewat irama sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.

Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah menjalankan shalat tahajjud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut. Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun, maka indikasinya adalah terjadinya
produksi respon imunologik yang meningkat pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif dan tertekan itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres.

Dalam kondisi stres yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun sehingga rentan terkena infeksi dan kanker.

Kanker, seperti diketahui, adalah pertumbuhan sel yang tidak normal. "Nah, kalau melaksanakan shalat tahajjud dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara normal sehingga membebaskan pengamal shalat tahajjud dari berbagai penyakit dan kanker (tumor ganas)," kata alumni Pesantren Lirboyo Kediri Jatim ini. Menurutnya, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk, dan ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan coping mechanism yang efektif.

Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif atau coping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak, kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian, Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine, serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol.

Selain itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.

Nah teman-teman semua, kesimpulan dari uraian di atas adalah, bahwa Tahajud selain mempunyai manfaat spiritual seperti yang telah kita ketahui bersama, juga mempunyai manfaat dari segi kesehatan yang salah satunya mengatasi kanker serta memberikan ketenangan bagi kita. Mari sama-sama kita berusaha untuk menegakkan sholat sunat yang satu ini secara Iklas dan kontinyu. 

Tahajud,,,pahala dapat, sehat pun nikmat :) 


*sumber: dari berbagai sumber
0 comments

Ibu Tahu Tidak

Ibu tahu tidak, kalau aku susah menelan sehingga aku sulit untuk makan. nasi yang aku ambil dari dapur, selalu terbuang. hanya beberapa suap yang bisa kutelan. setiap ibu datang untuk memastikan apakah aku makan atau tidak, aku selalu berpura-pura memegang sendok dan menahan nasi yang kusuap di dalam mulut agar terkesan aku sedang mengunyah makanan.

Ibu tahu tidak, kalau aku sering sakit kepala dan aku sering bersembunyi dari ibu karena tidak mau membuat ibu khawatir.

Ibu tahu tidak, kalau aku sering bohong ketika ibu bertanya apakah aku sedang sakit atau tidak. aku sebenarnya sakit, bu. tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya karena aku tahu ibu pasti marah dan khawatir ketika tahu aku sakit.

Ibu tahu tidak, aku sering menangis dan menjerit kesakitan di dalam kamar. Aku mingkem menggunakan bantal supaya ibu tidak mendengar teriakanku.

Ibu tahu tidak kalau minus mataku bertambah lagi. aku tidak berani mengatakannya sampai detik ini kepada ibu karena ibu akan memarahi aku karena tiap sebentar aku selalu periksa mata ke dokter.

Ibu tahu tidak, kalau ada sesuatu yang membuat kepala bagian belakangku bengkak. itu sangat perih, bu. dan sekali lagi aku tidak berani mengatakannya kepada ibu.

Ibu tahu tidak kalau aku sering tidur larut malam secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibu. ketika ibu terbangun dan mengecek ke kamar apakah aku sudah tidur atau belum, aku sering berpura-pura tidur. padahal itu tidak bu. aku melakukan itu karena aku takut dimarahi ibu. aku tahu ibu tidak pernah mengijinkanku sekalipun tidur diluar batas yang telah ibu tetapkan. tapi bu,,,, aku selalu melanggarnya.

Ibu tahu tidak kalau pundak dan kakiku selalu sakit ketika bangun tidur. sampai jalanku pun tidak karuan dan tertatih.

Ibu tahu tidak kalau asmaku sering kambuh dan mataku mulai alergi. aku sengaja tidak memperlihatkannya kepada ibu karena sekali lagi aku tidak ingin membuat ibu khawatir.

Ibu tahu tidak kalau indra perasaku kurang berfungsi sehingga aku kurang peka merasakan rasa makanan

Ibu tahu tidak kalau tenggorokanku sakit ketika aku memakan makanan bercabe, berkuah, dsb sehingga setiap hari aku memakan nasi putih tanpa dibumbui apa-apa. itu sangat tidak enak bu.

Ibu tahu tidak kalau bagian dekat jantungkku pernah meradang dan tiba-tiba aku berhenti beraktivitas beberapa saat sampai radangnya ilang.

Ibu tahu tidak kalau aku sering bersin dan pilek setiap pagi dan entah berapa tisu yang aku habiskn setiap pagi. hidungku sudah sangat perih, bu.

Ibu tahu tidak kalau nyeri di gigiku juga sering kambuh ketika aku salah makan makanan yg membuat gigiku meradang. tapi aku tetap memilih diam, bu.

Ibu tahu tidak kalau perut aku sering sakit padahal aku makan sesuai yang ibu katakan. aku beneran rajin makan, bu. tapi tidak diwaktu-waktu yang ibu minta.

Ibu tahu tidak kalau pada akhirmya, aku tidak tahan lagi menyimpan rasa sakit dan ibu pun tahu kalau aku sakit. yaa dan saat itulah muka ibu berubah panik dan melarikankku ke rumah dokter, tempat yang sering aku kunjungi sejak bayi. dan saat dokter memberiku obat penekan rasa nyeri selama seminggu, siklus sakitku berlanjut lagi. aku hanya benar-benar sembuh seminggu, bu. Setelah seminggu, aku sering kambuh lagi.

Tapi bu,, aku tidak apa-apa. Sakit yang aku alami ini tidak seprah yang ibu rasakan ketika harus mengandungku selama 9 bulan, ketika harus melahirkanku dengan rasa sakit yang begitu luar biasa, dan semua yang telah ibu lakukn padaku dengan ikhlas hingga aku telah tumbuh menjadi gadis dewasa-yang mungkin akan segera dewasa-ibu yang akan selalu berusaha memberi kebahagiaan untuk ibu.

Terimakasih atas ketulusan Ibu. Aku akan berjuang melawan rasa sakit ini, bu. Yaaa...aku harus berjuang!! Do'akan aku selalu,bu agar aku selalu diberi kesabaran dan kesehatan oleh Allah. Aku juga akan berusaha agar aku bisa menjadi dokter pribadi ibu kelak. yaaa..dokter yang tidak hanya taat pada Allah, namun juga dokter kebanggaan orang tua dan dokter yang dicintai oleh semua orang.

Maafkan aku yang membuat ibu tidak terlalu banyak tahu tentang apa yang aku rasakan. yang perlu ibu tahu adalah aku gadis ibu yang selalu ceria dan akan membahagiakan ibu hingga Allah memisahkan kita.. Ana Uhibbukifillah, Ummy :* <3


*disadur dari kisah seorang gadis yang mengharapkan kesembuhan dari Illahi
5 comments

Surat Rindu Teruntuk Panitia SU VII FKUA

Kawan seperjuangan yang begitu tangguh,,
Terimakasih atas keringat ikhlas yang kalian berikan.
Tanpa ketulusan niat, mungkin hati kita tidak pernah terpaut dalam nada kekompakan.

Ada kalanya suatu saat nanti kita merindukan semua yang pernah kita lakukan bersama
rindu di saat nada dering telpon genggam berbunyi dan itu adalah sebuah pesan reminder rapat panitia
rindu saat telat datang rapat dan dimintai iqob,
rindu saat latihan menjadi presidium hingga larut malam,
rindu saat harus membuat proposal yang entah berapa kali mengalami perubahan,
rindu saat duduk melingkar sambil lesehan di gazebo EF dan anatomi sewaktu rapat,
rindu saat pulang menjelang maghrib demi menuntaskan rapat,
rindu saat harus pulang malam mepersiapakan acara (bagi ikhwan),
rindu saat kumpul bersama membuat umbul-umbul SU yang dipuji oleh SC tercinta,
rindu saat harus berdebat dengan staff akademik dan pemegang kunci gedung kampus,
rindu saat harus mengopi ratusan lembar LPJ,
rindu saat meminta uang kepada demisioner bendum demi kelancaran acara,
rindu saat menunggu peserta dan tamu undangan di kursi registrasi berjam-jam,
rindu saat panik ketika ada kesalahan saat acara berlangsung,
rindu saat mempersiapkan makanan dan snack untuk mengisi kekosongan perut,
rindu saat harus mengangkat galon dan dispenser dari kostan ke gedung GH,
rindu saat salah seorang teman kita dikerjai dihari ulang tahunnya,
rindu saat ketua kita bersusah payah menyuruh masuk ke dalam gedung GH,
rindu saat harus berdebat soal kelebihan makanan yang entah tersisa berapa,
rindu saat foto bersama di dekanat dan saat SU hingga maghrib menjelang,
rindu saat mengabadikan foto demi foto saat acara SU berlangsung,
dan rindu setiap detik yang kita perjuangkan demi terselenggaranya acara kita..

Kawan,,,,, tersenyumlah!! Meski acara kita telah usai dengan sukses, jangan pernah lelah untuk selalu berjuang dalam sebuah kerja tim yang hanya mengharapkan ridho Allah..

Tetap semangat kawan!! Karena di hadapan kita ada amanah-amanah baru yang sedang menanti keringat kita. yaa keringat!! keringat ikhlas yang mampu menanggung tanggungjawab karena Allah.. 


SELAMAT MENGUKIR SEJARAH BARU, KAWAN ^^

Friday, March 23, 2012 0 comments

Wanita Sholeha

Jadilah seorang wanita sholihah, Yang hatinya dibalut rasa taqwa kepada Allah, Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Dien Allah, Yang senantiasa haus dengan ibadah kepada Allah, Yang senantiasa dahaga akan mengharap ridho Allah Yang sholatnya adalah bekal dirinya, Yang tidak pernah takut untuk berkata benar, Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu, Yang senatiasa bersama para mujahiddah Allah 

Jadilah seorang wanita sholihah Yang menjaga tutur katanya, Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya, Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang dicarinya, Yang senatiasa berbuat kebajikan karena sifatnya yang penyayang, Yang mempunyai ramai kawan dan tidak mempunyai musuh yang bersifat jahat 

Jadilah seorang wanita sholihah Yang menghormati suaminya. Yang senantiasa berbakti kepada orang tua dan keluarga, Yang bakal menjaga kerukunan rumah tangga, Yang akan mendampingi suami dalam mendidik anak-anaknya untuk mendalami Islam, Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan, Karena dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat. Jadilah seorang wanita sholihah, Yang senatiasa bersedia untuk menjadi makmum imamnya Yang hidup di bawah naungan al-Quran dan qona'ah Yang tidak dikotori dengan perhiasan dunia Yang menjaga matanya dari berbelanja, Yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Allah ke atasnya. 

Jadilah seorang wanita sholihah Yang selalu menjaga lisan, penyayang keluarga & suaminya, Matanya kepenatan karena membaca al-Quran, Suaranya lesu karena penat berzikir, Tidurnya lelap dengan cahaya keimanan, Bangunnya Subuh penuh kesigapan Karena dia sadar betapa indahnya menjadi wanita sholihah melebihi perhiasan apapun didunia Semakin sadar bertambah usianya bertambah kematangannya. 

Jadilah seorang wanita sholihah Yang senantiasa mengabdikan diri untuk menjadi mujahiddah Alloh Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat, Yang mana buah kehidupan itu perlu dipelihara dan dijaga, Agar tumbuh putik tunas yang bakal menjaga dirinya di alam baqo' Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian. Jadilah seorang wanita sholihah Yang tidak terpesona dengan buaian dunia, Karena dia mengimpikan syurga Alloh. Semoga senantiasa dirahmati-Nya... (¯`v´¯)♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin

source: salah satu grup

2 comments

Surat Cinta dari Sang Mantan

Bismillahirrahmanirahiim…. Assalamu'alykum warahmatullahi wabarakatuh. Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padaku dan padamu untuk segera memperbarui tobat. Ukhty... Rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang tak pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur. Yang siap terus-menerus Memperhatikan dan Mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam. Yang siap Memberi apapun yang kupinta. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya. Maaf ukhty... Tapi menurutku kau bukan apa-apa di banding Dia. Kau sangat lemah, kecil, dan kerdil di hadapan-Nya, walaupun kau begitu rupawan lagi cantik, Ia lebih indah dan bercahaya dari dirimu. Ia berbuat apa saja sekehendak-Nya kepadaku. Dan ukhty, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku takut, hubungan kita selama ini membuatNya murka. 

Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras Siksa-Nya. Ukhty... Belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan di tanyakan oleh-Nya. Ia bisa marah, ukhty...marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang belum halal itu, marah karena aku pernah bertamu ke rumahmu dan di ruang tamu itu kita hanya berdua walaupun kita duduk agak menjauh, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus memboncengmu dengan sepeda motorku, marah karena pernah ketetapan-Nya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu, marah karena aku pernah mendahului takdir-Nya dengan mengajakmu untuk menungguku menjadi istriku kelak. Padahal itu belum pasti adanya. Ia bisa marah. Tapi sekali lagi semua belum terlambat, kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau Memaafkan dan Mengampuni.

Ukhty...Ia Maha Menerima Taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana. Ukhty... Jangan marah ya...aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya

tapi tak cuma aku ukhty...kau pun bisa menjadi KekasihNya, kekasih yang amat di cintai dan di muliakan. Caranya satu, kita harus jauhi semua larangan-larangan-Nya termasuk dalam soal hubungan kita ini. Insya Allah, Dia punya rencana yang indah untuk masa depan kita masing-masing. 

Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang di benciNya, kau pasti akan di pertemukan dengan seorang lelaki shalilah. Ya...lelaki shalilah yang pasti lebih baik dari diriku saat ini. Ia yang akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridho Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah doaku untukmu, semoga kaupun mendoakanku, ukhty..

Uhkty... Aku akan segera menghapus namamu dari memory masa lalu yang salah arah ini. Tapi...aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Ya, saudara di jalan Allah, ukhty...itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan Rasulullah di telaganya, lalu beliaupun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu, dan lebih sejuk dari krim beku.

Maaf, ukhty... Tak baik rasanya aku berlama-lama menulis surat ini. Aku takut ini akan merusak hati, tak akan ada lagi sms dariku yang rutin masuk ke ponselmu untuk menanyakan sudah shalat atau belum...aku tidak ingin engkau memiliki sedikit rasa ria (sombong) sedikitpun di hatimu ketika akan beribadah, karena itu sangat di benci oleh Allah dan tak akan diterima amalnya. Ketikan tuts...keyboard terakhirku di surat ini adalah doa keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita. Insya Allah... Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

source: dari sebuah grup

Kesimpulan yang dapat saya petik dari Surat Cinta tersebut adalah, bahwa betapa indahnya jika kita menjalin hubungan dengan seseorang yang kita cintai karena Allah disaat telah ada ikatan cinta yang halal diantara kedua pasangan.. Halal dimata orang dan tentunya halal di hadapan Sang Pemilik Cinta..

Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan. Allahuakbar!! ^^
0 comments

Ketulusan Cinta


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahan terbesarku padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi,  ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau pindah

Saat  pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya  dengan kehilangan remote.

Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang. 

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.” 

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.


source: dari seorang sahabat :')
0 comments

Jemput Aku Menjadi Bidadarimu

Seperti api yang menemukan kayu Membakar dan menghanguskan. Seperti panas yang mencairkan batuan es. Hingga dingin itu menjadi salju. Seperti ombak yang menghantam karang. Tak bergeming, tapi pasti akan terkikis. 


Sedikit, demi sedikit... Menghujam sanubari. Dan terasa resah yang menyesak saat nafsu membisikkan untuk sekedar menatap. Untuk sekedar menyapa. Untuk sekedar berbicara.... 


Di sini ada hati yang terkapar. Karena sikap yang tanpa sengaja membuat hatiku selalu gundah. Ada yang salah dengan imanku. Karena aku mulai tergoyahkan dengan apa yang ku pandang indah. Ada yang mengganggu keteguhan imanku. Karena aku mulai berkhayal ada bahu itu untuk bersandar. Jika ini jatuh cinta. 


Cukup satu yang bisa ku yakinkan. Jatuh itu sakit... Dan tentang sikap yang membuatku resah ini memang begitu sakit... Semoga aku bisa melabuhkan cintaku hanya karena ALLAH... Biarlah aku terus merasa jatuh.... Tapi aku akan bangkit untuk membangun cinta.... Cinta yang bisa menggapai surga..... Seorang ikhwan melintas dalam angan. Tundukkan pandangan dan sikapku dengan Hijab ini Agar rasa ini terjaga dengan dzikirMu... Agar rasa ini menjadi halal setelah akad itu terucap. Agar rasa ini menjadi indah pada masanya.. Tautkanlah hati kami dalam indahnya mencintai karenaMU. Agar rasa ini menentramkan dan menyejukkan. Agar rasa ini mengantarkanku menjadi bidadari dalam taman iman yang di penuhi wangi bunga surga. Pertemukan rasa kami dalam ridhoMU. Setelah lelah menahan apa yang membuat resah. 


Jika dia memang sebaik – baik pakaian untukku. Pangeran itu adalah seseorang yang akan menyelamatkan kegundahan hatiku. Dengan segenap kemampuan yang ALLAH berikan dan tuntunan yang Allah berikan, dia akan segera menemukanku dan datang menjemputku. Karena diriku adalah belahan jiwanya... Karena diriku adalah bidadari dalam hatinya... Karena aku adalah pakaian untuknya... Karena aku adalah wanita pendamping hidup yang di ciptakan ALLAH untuk menemani perjuangannya menemukan tujuan hidup mulia tuk mencapai Ridho ALLAH..
0 comments

Allah Menunggu Kita...????


Tulisan ini berasal dari saudara kita sesama muslim. Beliau menceritakan bahwa; Ana td kebetulan lagi buka file komputer lama, trus menemukan file ini, tp ana ga tahu sumber dari cerita di bawah ini,,, siapa ustadz-nya... Ini hanya pembicaraan antara 2 orang. Tp ana pikir, ibroh / hikmah dari percakapan ini sungguh besar & mengena sekali dgn kesibukan kita sehari-hari... 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"...Allah Menunggu Kita...????!!!"
TIDAK ada pekerjaan terpenting dalam kehidupan kita kecuali menunggu datangnya shalat, dan menyegerakan shalat. Dalam satu dialog ada yang bertanya kepada saya tanpa sadar kita sering memberi perintah kepada Allah. ”Tahu ga ustadz, perintah apa tuh kira-kira ?.”

Saya memilih diam. Menikmati nasihat yang sedang datang ke saya. Sejak awal bicara, saya memilih belajar saja. ”Perintah yang dimaksud, perintah tunggu” katanya. Pembicaraan saat itu sedang membicarakan shalat tepat waktu. Saya langsung merespon membenarkan. ”Iya juga. Perintah tunggu Ya ???”

"Coba aja lihat", kata orang ini. "Ketika Allah memanggil, lewat muadzin, kita masih asyik dengan dunia kita. Tidak sadar Allah sudah memanggil kita untuk sujud dan ruku menghadap-Nya. Sebagian lagi mendengar, tapi tidak bergerak. Sebagiannya malah tidak bisa lagi mendengar".

Tertutup oleh kesibukannya bekerja, berusaha dan mencari dunia. Benar. Rupanyakita ini memberi satu pengkodean terhadap Allah, di hampir di setiap lima waktu shalat. 
Yaitu pengkodean perintah ”tunggu”. Luar biasa. Jadilah Allah ”menunggu” kita. Sungguh 
tidak ada pantas-pantasnya. Masa Allah disuruh menunggu kita, iya ga ?"

Perintah "Tunggu" Tidak ada yang lebih penting di dunia ini yang harus kita kerjakan kecuali shalat. Shalatlah pekerjaan utama kita, sedang yang lainnya adalah pekerjaan sambilan.

Apa yang terjadi dengan diri Anda ketika Anda mendengar azan ? Apakah langsung bergegas memenuhi panggilan azan tersebut, lalu melaksanakan shalat? Atau biasa-biasa saja? Kalau Anda tidak segera bergegas menyambut seruan itu, maka ketahuilah kita termasuk kategori memberi perintah kepada Allah. Yaitu perintah ”tunggu” itu.

Perintah ”tunggu” kepada Allah ini berarti, ”Tunggu ya, saya sedang melayani pelanggan”, ”Tunggu ya, saya sedang nyetir”, ”Tunggu ya, saya sedang menerima tamu”, ”Tunggu ya, saya sedang menemani klien”, ”Tunggu ya, saya sedang rapat.”

”Tunggu ya, saya sedang dagang nih”, ”Tunggu ya, saya sedang belanja”, ”Tunggu ya, saya sedang belajar”, ”Tunggu ya, saya sedang ngajar, ”Tunggu ya, saya sedang merokok, ”Tunggu ya, saya sedang di tol, ”Tunggu ya, saya sedang dalam terburu-buru, ”Tunggu ya, saya sedang tidur, ”Tunggu ya, saya sedang bekerja. Dan seterusnya.

Coba aja berkaca kepada diri sendiri, dan kebiasaan ketika menghadapi waktu shalat. Perintah tunggu inilah yang kita berikan kepada Allah. Azan berkumandang,,, "Allahu akbar, Allahu akbar" Bukannya kita bergegas menyambut seruan itu, malah Allah kita suruh menunggu...!!!

Siapa Kita ... ??? 
 
;