Tuesday, April 9, 2013 0 comments

Allah, aku ingin pulang

Ini hari kelima aku berada di ruang Anggrek 4 Rumah Sakit Aisyiah. Aku tidak betah. Sangat. Aku jenuh. Aku bosan. Aku sedih. Aku terdiam. Jujur, ruangan ini tidak terlalu sempit dan susananya juga nyaman. Tapi aku benar-benar ingin pulang. 

Sudah tiga hari aku tirah baring diatas kasur kamar itu dengan sesekali mengutak atik remot kasur agar tidak terjadi imobilisasi. Aku ingin pulang. Terlalu banyak alat yang dipasang ditubuhku semenjak aku berada diruang operasi. Semuanya membuatku tidak nyaman dan yang paling penting, kesakitan. Yaa tiap sebentar aku menjerit setiap alat pencernaanku ngamuk. Aku tidak tahan menggunakan semua alat itu. Bisa dihitung berapa jam yang dapat aku habiskan untuk mendapatkan sebuah fase tidur nyenyak. Yaa aku jarang tidur meski sebenarnya fisik ini sangat haus akan tidur. 

Aku ingiin pulang. Grafik ibadahku kacau dan amburadul. Aku tidak nyaman dengan tayamum meski itu adalah sebuah keringanan bagi orang yang sakit. Aku tidak lagi melanjutkan qatam quran yang sudah aku targetkan tamat bulan depan. Aku tidak lagi menuntaskan hafalanku. Yaa semuanya tidak bisa aku kerjakan karena pikiranku selalu disupresi oleh rasa sakit. Sakit yang luar biasa karena ini kali pertama aku menjalani operasi. Dhuhaku pun juga bolong dan baru pagi tadi aku bisa memulainya kembali. Tahajud dan puasaku? Ah jangan ditanya. Aku pun stress memikirkan hal tersebut. 

Allah, aku ingin pulang. Aku sudah berusaha untuk sabar dan ikhlas. Tapi jika aku dihadapkan pada sakit, aku selalu rapuh dan menjadi pribadi pesimis. Aku paham itu salah. Aku juga paham bahwa sakit itu penawar dosa. Tapi entah kenapa, sakit kali ini berhasil membuatku jadi orang yang paling menyedihkan. Hey, bukannya semakin berat penyakit, maka ladang dimana dosa dapat dihapuskan akan semakin luas? Iya, aku tahu. Maafkan aku ya Allah. Aku gagal memanfaatkan kesempatan emas yang tidak semua orang sanggup-bahkan mau-mencicipinya. 

Aku ingin pulang ya Allah. Aku ingin menjadi orang yang normal kembali. aku ingin kembali menghirup udara rutinitas yang sangat aku senangi. Aku juga ingin melatih skill memasak, editing, dan lain sebagainya yang kerap aku geluti. Aku juga ingin membantu ibu. Dan yang paling penting, aku ingin pulang. Bawa aku keluar dari kamar ini segera ya Allah. Dengan aku yang kembali optimis dengan kehidupan, dengan aku yang kuat dan ceria, dengan aku yang tidak gampang menyerah dengan sakit, dengan aku yang baru dan haus untuk memperbaiki diri. Aku ingin pulang ya Allah….
Wednesday, January 23, 2013 0 comments

"I Want to Go Home"

Yok kita mulai dulu dengan membaca 'Bismillahirrahmaanirrahiim'... :)

"I Want to Go Home", sebuah instrument yang menjadi soundtrack dalam film "The Karate Kid" ini mengingatkan saya pada sebuah masa dimana saya sering bergelut dengan syair. Entah itu syair lagu maupun syair puisi. Dulu kebiasaan itu kerap saya geluti untuk mengisi kekosongan waktu senggang. waktu itu...yaa..dimasa saya masih memakai seragam putih abu-abu. Syair-syair itu paling sering saya tulis dipojokan kelas sambil sesekali mencuri pandangan ke luar untuk menangkap sinyal-sinyal inspirasi. Dalam sehari saya bisa menghasilkan beberapa karya. Eits, tapi karya yang saya tulis bukanlah seperti sebuah karya yang lahir dari tangan seorang maestro yang sudah expert dalam bidangnya, bukan. saya hanya menulis apa yang sedang saya rasakan dengan bahasa yang masih acakan dan dengan ke-sok-pe-de-an dimana saat itu saya masih belum memahami benar teknik penulisan karya sastra yang baik. yaa,, saya menulisnya seperti air mengalir saja. apa yang terlintas dalam pikiran, itu yang saya coba terjemahkan dalam tulisan tangan hingga menjadi sebuah karya.

Lalu, apa hubungannya dengan "I Want to Go Home"?? Tentu saja ada hubungannya. Sejak berakhirnya masa putih abu-abu, maka berakhir jualah hobby saya yang satu itu. Saya tidak pernah lagi menulis syair puisi ataupun lagu karena aktivitas yang saya jalani sekarang tidak sama seperti dulu. Sekarang saya lebih banyak bergelut dengan laptop dan tidak lagi dengan sebuah pena serta buku syair yang khusus saya sediakan dulu. sehingga saya jarang memiliki waktu untuk berdiam beberapa menit hanya untuk menulis sebuah syair. Meskipun saya bisa menuliskannya dengan laptop, saya tetap merasa menulis dengan tangan memiliki kenikmatan yang jauh berbeda dan tidak semua orang bisa merasakan apa yang saya rasakan.

Instrument "I Want to Go Home" kembali mengingatkan bahwa saya tidak boleh melupakan bahkan sampai meninggalkan kebiasaan itu. Saya harus ingat bahwa dulu saya pernah memiliki sebuah cita-cita untuk membukukan semua karya yang ditulis. Saya ingin menjadi penyair! Yaa, itu adalah salah satu keinginan dari sekian banyak impian yang pernah saya tulis dalam sebuah buku yang saya sebut 'catatan impian'.

Terimakasih Ya Allah,, melalui "I Want to Go Home", Engkau ingatkan kembali bahwa hamba harus terus menulis dan membaca sampai pada akhirnya tulisan dan ilmu yang saya dapatkan akan membawa saya ke Surga, insyaallah. Aamiin..
Monday, January 14, 2013 0 comments

My keywords life..

Audio
Melankolis
Desain
Hijau
Fotografer
Pendiam
Instrument
Unik
Simpel
Keras
Traveling
Kuliner
Perfectionist
Heboh
Bermimpi
Target
Pemalas
Usil
Gadget
Kolektor
Ganda
Aneh

 
;