Ini hari kelima aku
berada di ruang Anggrek 4 Rumah Sakit Aisyiah. Aku tidak betah. Sangat. Aku jenuh.
Aku bosan. Aku sedih. Aku terdiam. Jujur, ruangan ini tidak terlalu sempit dan
susananya juga nyaman. Tapi aku benar-benar ingin pulang.
Sudah tiga hari aku tirah baring diatas kasur kamar itu dengan sesekali mengutak atik remot kasur agar tidak terjadi imobilisasi. Aku ingin pulang. Terlalu banyak alat yang dipasang ditubuhku semenjak aku berada diruang operasi. Semuanya membuatku tidak nyaman dan yang paling penting, kesakitan. Yaa tiap sebentar aku menjerit setiap alat pencernaanku ngamuk. Aku tidak tahan menggunakan semua alat itu. Bisa dihitung berapa jam yang dapat aku habiskan untuk mendapatkan sebuah fase tidur nyenyak. Yaa aku jarang tidur meski sebenarnya fisik ini sangat haus akan tidur.
Aku ingiin pulang. Grafik ibadahku kacau dan amburadul. Aku tidak nyaman dengan tayamum meski itu adalah sebuah keringanan bagi orang yang sakit. Aku tidak lagi melanjutkan qatam quran yang sudah aku targetkan tamat bulan depan. Aku tidak lagi menuntaskan hafalanku. Yaa semuanya tidak bisa aku kerjakan karena pikiranku selalu disupresi oleh rasa sakit. Sakit yang luar biasa karena ini kali pertama aku menjalani operasi. Dhuhaku pun juga bolong dan baru pagi tadi aku bisa memulainya kembali. Tahajud dan puasaku? Ah jangan ditanya. Aku pun stress memikirkan hal tersebut.
Allah, aku ingin pulang. Aku sudah berusaha untuk sabar dan ikhlas. Tapi jika aku dihadapkan pada sakit, aku selalu rapuh dan menjadi pribadi pesimis. Aku paham itu salah. Aku juga paham bahwa sakit itu penawar dosa. Tapi entah kenapa, sakit kali ini berhasil membuatku jadi orang yang paling menyedihkan. Hey, bukannya semakin berat penyakit, maka ladang dimana dosa dapat dihapuskan akan semakin luas? Iya, aku tahu. Maafkan aku ya Allah. Aku gagal memanfaatkan kesempatan emas yang tidak semua orang sanggup-bahkan mau-mencicipinya.
Aku ingin pulang ya Allah. Aku ingin menjadi orang yang normal kembali. aku ingin kembali menghirup udara rutinitas yang sangat aku senangi. Aku juga ingin melatih skill memasak, editing, dan lain sebagainya yang kerap aku geluti. Aku juga ingin membantu ibu. Dan yang paling penting, aku ingin pulang. Bawa aku keluar dari kamar ini segera ya Allah. Dengan aku yang kembali optimis dengan kehidupan, dengan aku yang kuat dan ceria, dengan aku yang tidak gampang menyerah dengan sakit, dengan aku yang baru dan haus untuk memperbaiki diri. Aku ingin pulang ya Allah….
Sudah tiga hari aku tirah baring diatas kasur kamar itu dengan sesekali mengutak atik remot kasur agar tidak terjadi imobilisasi. Aku ingin pulang. Terlalu banyak alat yang dipasang ditubuhku semenjak aku berada diruang operasi. Semuanya membuatku tidak nyaman dan yang paling penting, kesakitan. Yaa tiap sebentar aku menjerit setiap alat pencernaanku ngamuk. Aku tidak tahan menggunakan semua alat itu. Bisa dihitung berapa jam yang dapat aku habiskan untuk mendapatkan sebuah fase tidur nyenyak. Yaa aku jarang tidur meski sebenarnya fisik ini sangat haus akan tidur.
Aku ingiin pulang. Grafik ibadahku kacau dan amburadul. Aku tidak nyaman dengan tayamum meski itu adalah sebuah keringanan bagi orang yang sakit. Aku tidak lagi melanjutkan qatam quran yang sudah aku targetkan tamat bulan depan. Aku tidak lagi menuntaskan hafalanku. Yaa semuanya tidak bisa aku kerjakan karena pikiranku selalu disupresi oleh rasa sakit. Sakit yang luar biasa karena ini kali pertama aku menjalani operasi. Dhuhaku pun juga bolong dan baru pagi tadi aku bisa memulainya kembali. Tahajud dan puasaku? Ah jangan ditanya. Aku pun stress memikirkan hal tersebut.
Allah, aku ingin pulang. Aku sudah berusaha untuk sabar dan ikhlas. Tapi jika aku dihadapkan pada sakit, aku selalu rapuh dan menjadi pribadi pesimis. Aku paham itu salah. Aku juga paham bahwa sakit itu penawar dosa. Tapi entah kenapa, sakit kali ini berhasil membuatku jadi orang yang paling menyedihkan. Hey, bukannya semakin berat penyakit, maka ladang dimana dosa dapat dihapuskan akan semakin luas? Iya, aku tahu. Maafkan aku ya Allah. Aku gagal memanfaatkan kesempatan emas yang tidak semua orang sanggup-bahkan mau-mencicipinya.
Aku ingin pulang ya Allah. Aku ingin menjadi orang yang normal kembali. aku ingin kembali menghirup udara rutinitas yang sangat aku senangi. Aku juga ingin melatih skill memasak, editing, dan lain sebagainya yang kerap aku geluti. Aku juga ingin membantu ibu. Dan yang paling penting, aku ingin pulang. Bawa aku keluar dari kamar ini segera ya Allah. Dengan aku yang kembali optimis dengan kehidupan, dengan aku yang kuat dan ceria, dengan aku yang tidak gampang menyerah dengan sakit, dengan aku yang baru dan haus untuk memperbaiki diri. Aku ingin pulang ya Allah….