Menjadi seorang teman tidak harus selalu tersenyum
setiap saat. Sesuaikan dengan keadaan. Jika sedang bahagia ya tunjukan
bahagianya dengan tersenyum dan tertawa, dan jika marah juga tunjukan
kemarahannya dengan cemberut atau amarah yang bijaksana. Namun semua berada
dalam tataran kewajaran.
Menjadi seorang teman tidak harus selalu setuju
setiap saat. Sesuaikan dengan kata hati. Jika setuju ya tunjukan kesetujuannya
dengan semangat, dan jika tidak setuju juga tunjukan ketidaksetujuannya dengan
bijaksana.
Menjadi seorang teman tidak harus selalu berada di
sisimu. Teman bukanlah pasangan hidup yang selalu ada disisimu tidak hanya
secara fisik, tetapi juga ada di hatimu secara bathin. Sayang sekali jika kita
mengabaikan kedekatan fisik dan bathin dengan pasangan hidup yang seharusnya
diutamakan - demi meluangkan waktu untuk seorang teman.
Menjadi seorang teman tidak harus selalu mengikuti
langkahmu ke mana kamu pergi. Karena jika demikian, seorang teman tidak berbeda
dengan seorang ’stalker’ celebrity. Setiap orang memiliki dan menghendaki
ruangan bagi dirinya sendiri.
Bagiku, menjadi teman tidak membutuhkan tujuan dan
harapan. Wajar dan mengalirlah sebagai teman. Jika pertemanan sudah dibumbui
suatu tujuan, ‘apa yang diharapkan dari pertemanan ini?’, maka pertemanan
menjadi tidak ikhlas, dan mudah untuk menjadi tercerai berai jika harapan dan
tujuan pertemanan tidak tercapai.
Teman bukanlah sebuah komoditi berharga berapa ribu
dolar. Teman bukanlah angka-angka peningkat status dengan ribuan ‘friends in a
second’. Teman yang natural - bukan artifisial - adalah teman yang sewajarnya,
yang setidaknya hati kecilmu berbisik dan berkata bahwa dia adalah temanmu.
No comments:
Post a Comment